Aroma tanah basah yang disiram gerimis tercium di sepetak ladang di antara sawah dan kolam ikan. Hujan mulai hilang, sejumlah orang mulai berdatangan, menggendong sangkar burung di punggung. Beberapa di antara mereka mulai mengepakkan merpati betina, memancing sekaligus menyambut kedatangan si jantan yang terbang melesat cepat di atas kalang/kolongan.
Perlombaan burung dara, yang lebih akrab disebut merpati balap, telah menjadi bagian penting dari budaya di berbagai daerah di Indonesia selama bertahun-tahun. Meski zaman terus berganti, perlombaan ini tetap memiliki tempat khusus di hati para penggemarnya. Bagi banyak orang, perlombaan ini bukan sekadar soal meraih kemenangan, tetapi juga tentang melestarikan tradisi dan menjalin kebersamaan.
Namun di balik tradisi yang hidup selalu ada hal menarik dan autentik dalam setiap skena kehidupan. Meski tak semua, ciri khas dan simbol tertentu kerap mengidentifikasi dari mana kita berasal. Salah satu kombinasi khas yang mungkin tak terduga, tapi sangat menarik dan konsisten, adalah jaket kupluk dan hobi balap merpati. Keduanya tampak seperti dua sisi dari koin yang sama: satu sisi fashion, satu sisi hobi, tapi keduanya berpadu padan dengan daya tarik yang tak dapat dipisahkan.
Meski tak semua, di lapangan merpati, jaket kupluk masih menjadi pilihan utama para penggemar. Dengan cuaca yang bisa berubah-ubah: dari panas terik siang hari hingga terpaan angin menjelang sore, jaket ini bisa melindungi para merpati lovers berlomba seharian tanpa harus takut soal kondisi cuaca, sambil tetap terlihat gaya.
Meskipun belum pernah ditemukan hasil riset baik skripsi hingga disertasi yang menjawab rasa penasaran mengapa jaket kupluk tak jarang dihubungan dengan penggemar merpati? Barangkali outfit ini tidak hanya menyangkut soal letak geografis, baik di pulau Jawa maupun daerah lain mungkin menemukan fenomena serupa.
Bagaimanapun ini hanya anggapan, bukan kebenaran saklek. Sebagai orang yang tak berada dalam sirkel penggemar merpati, sepintas kita tak jarang melihat sekelompok orang berdiri di lapangan dan hampir semua mengenakan jaket kupluk dengan warna dan desain yang tak sama. Ada rasa persaudaraan dan identitas yang muncul di balik teriakan “eaaa..” sambil mengepakkan sayap merpati penuh semangat.
Di balik outfit yang identik, hobi balap merpati kolong adalah dunia yang penuh dengan dedikasi dan loyalitas. Balapan merpati bukan cuma soal siapa yang tercepat mendarat sempurna, tapi tentang bagaimana ketulusan merawat dan melatih burung-burung calon petarung agar bisa terbang dengan baik. Jaket kupluk menjadi saksi bagaimana mereka bisa menghabiskan waktu seharian di lapangan, melatih burung mereka, dan berinteraksi dengan sesama penggemar.
Menjelang tengah hari, peran jaket kupluk menjadi semakin penting. Saat para peserta berteriak, “Eaaa.. ayo, merpati jagoan!”, jaket kupluk berfungsi sebagai pelindung dari terik matahari yang menyengat, membantu mereka tetap fokus pada kompetisi. Tak hanya orang-orang di lapangan saja yang menggunakan jaket kupluk, para pelepas burung yang bertugas melepas merpati pun menggunakan seragam yang serupa.
Satu hal lain yang menarik rasa penasaran adalah bagaimana sejumlah penggemar merpati seringkali memadukan jaket kupluk dengan celana jeans panjang yang dipotong menjadi pendek? Mungkin menurut sebagian orang inovasi ini terlihat unik, tetapi bagi mereka, ini adalah kombinasi sempurna. Pasalnya, celana kreasi ini memberikan kenyamanan ekstra saat bergerak sehingga kita tidak terbatasi oleh pakaian ketika berlari mengejar merpati. Terlebih, outfit ini membawa kesan santai untuk suasana hangat di lapangan.
Lagi-lagi peribahasa dont judge book by its cover sangat relevan dengan kondisi yang terjadi. Jangan menilai seseorang hanya karena kesederhanaan dalam berpakaian. Di balik outfit jaket kupluk dan celana yang simple, terdapat merpati seharga IPhone 15 Pro Max baru bahkan lebih, terlebih total hadiah lomba merpati yang selalu fantastis.
Dalam skena penggemar merpati, jaket kupluk bukan hanya sebatas pakaian pelindung dari panas matahari, tapi juga identitas kebanggaan dan simbol kebersamaan. Setiap kali ada kompetisi, semua orang berdatangan dengan semangat yang serupa, mengenakan jaket kupluk sebagai tanda bahwa kami adalah bagian dari komunitas ini. Selain jaket kupluk, biasanya ada pula yang memadukan jaket dengan topi.
Di tengah panasnya persaingan di lapangan, ada suasana yang kental, saat semua orang saling mendukung, berbagi informasi dan tertawa bersama. Di sinilah peran jaket kupluk berfungsi sebagai jembatan yang mengoneksikan antarpenggemar.
Lantas, menjawab rumusan masalah sebelumnya: bagaimana sebenarnya relasi antara jaket kupluk dan hobi merpati? Sederhananya, keduanya saling melengkapi. Jaket kupluk memberikan kenyamanan, sementara hobi merpati menawarkan kesenangan dan pengalaman. Kedua entitas itu membentuk atmosfer yang unik di lapangan, di mana setiap orang bisa merasa bebas dan bahagia bersama orang-orang terdekat dengan kegemaran yang serupa.
Penulis: Yayang Nanda Budiman, alumni S1 Hukum Universitas Galuh, saat ini bekerja sebagai Lawyer Intern & Legal Content Writer. Ia tinggal di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Bisa dihubungi via instagram @nandabdmn
Editor: Jemi Batin Tikal