Work From Anywhere, Sudah Kutulis Puisi Paling Baik

sumber: film Paterson (2016)

SUDAH KUTULIS PUISI PALING BAIK

Aku sudah menulis puisi paling baik di muka bumi, tentang perkenalanku dengan seorang
puisi yang melekat pada tubuh seorang gadis. Di dalam puisi itu, si gadis dan aku membahas
limabelas puisi dan penyair, buku-buku, gosip, ruang & waktu, serta kegunaan dan manfaat
Tuhan di muka bumi. Seingatku, puisi kedelapan yang kami bahas adalah puisi yang lucu, di
mana Tuhan & celana seolah tertukar di baris ketiga. Puisi ke berapa aku lupa, tapi kira-
kiranya begini,
a. Sudah tidak ada penyair miskin lagi di New York hari ini
b. Seorang tampan mengetuk pintu dan jendela di waktu yang sama
c. Tubuh telanjang seekor naga
d. Wabah yang menghancurkan peradaban manusia
e. Tiada macet lagi di Jakarta, sebab tak ada orang yang hidup lagi di sana.

Kami juga membahas penyair-penyair tolol dan kurang ajar serta baru bisa menempatkan
penggunaan & “di” di dalam bahasa Indonesia yang lucu dan menggemaskan ini.

Seingatku, aku & dia dalam sambungan video juga saling membacakan puisi, dan seingatku,
ketika dia membacakan puisi, semua yang ada di tubuhku ngilu.

Tetapi, puisi terbaik di muka bumi itu baiknya kulupakan saja, sebab ia telah terhapus.
Terhapus dari penyair, terhapus dari buku-buku, dari ruang dan waktu.

Hari ini, Minggu, dan siapa saja yang penasaran dengan puisi ini sebaiknya meninggal dunia
saja.

Aku sampai mati tidak akan melupakan puisi terbaik di muka bumi itu, kalau bisa sih,
menangis hingga ribuan tahun. Hingga tiada puisi baru lagi di bumi, hingga semua penyair
meninggal dunia, hingga tiada lagi umur kata-kata. Anjing!

Padangpariaman, 14/06/2020

Penulis: Maulidan Rahman Siregar, lahir di Padang, 03 Februari 1991. Puisinya tersebar di
beberapa media cetak dan tergabung dalam berbagai antologi bersama. Buku puisinya yang
telah terbit Tuhan Tidak Tidur atas Doa Hamba-Nya yang Begadang (2018). Facebook: Maulidan Rahman Siregar, Instagram: @maulidanrahmansiregar

film Paterson (2016)

Work From Home, Work From Anywhere

Pagi yang begitu malas,
menginternir aku dari sebuah komuter kesibukan
keyboard menari, layar-layar hegemoni berderet tak keruan

Pola kerja baru, merasuki dunia tawanan lalu
Dunia bekerja dalam diam, ruang-ruang privat bertabrakan di kamar peristirahatan

Aku bertarung dengan waktu; tenggat kerjaan mengintai—membantai tubuh dan
merogok mentalku

Patung-patung di sekitarku mulai bergerak mencari kebebasannya. Bahasa tubuhku
terdiam menggantikan peranannya.

2023

Penulis: Rifqi Septian Dewantara asal Balikpapan, Kalimantan Timur Mei 1998. Karya-
karyanya pernah dimuat beberapa media online dan majalah digital seperti Media
Indonesia, BeritaSatu, Suara Merdeka, Borobudur Writers & Cultural Festival, Bali
Politika, Majalah Elipsis, dll. Bisa disapa melalui Facebook: Rifqi Septian Dewantara.

Check Also

Merpati Balap: Kesetiaan, Persaingan, dan Romantisme Jaket Kupluk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *