This article is presented in Indonesian and English
Diego Rivera dan Frida Kahlo adalah salah satu pasangan paling terkenal dalam sejarah seni Meksiko. Kepribadian mereka yang karismatik turut membangun sebuah gerakan yang akan memiliki pengaruh definitif pada kehidupan budaya Meksiko abad ke-20.
Bersama-sama selama hampir dua puluh lima tahun (sejak pernikahan mereka pada Agustus 1929 hingga kematian Frida), hubungan mereka dipenuhi segudang kegagalan yang melampaui ranah privat dan menjadi bagian dari ranah publik.
Persatuan romantis antara Kahlo dan Rivera menyatukan para intelektual, politisi, dan selebriti. Rumah mereka menjadi tempat pertemuan, konspirasi, dan pusat intrik dalam kehidupan sosial dan politik Meksiko masa itu. Masa-masa yang mereka habiskan di Amerika Serikat saat Rivera menerima komisi untuk karyanya membentuk pandangan mereka tentang kapitalisme, kemajuan, dan revolusi, serta merupakan titik henti dalam hubungan pribadi mereka.
Kembalinya mereka ke Meksiko menandai titik balik lainnya: pasangan ini berpisah pada akhir tahun 1939 dan menikah lagi satu tahun kemudian di San Francisco. Ini adalah masa yang penuh dengan aktivitas dan antusiasme: Rivera berperan penting dalam keputusan pemerintah Meksiko untuk memberikan suaka terakhir bagi Leon Trotsky. Selain itu, waktu yang mereka habiskan bersama André Breton, pendiri Surealisme, menghasilkan janji sebuah pameran yang akan membawa Frida Kahlo ke Paris pada tahun 1939. Selama bertahun-tahun, mereka menciptakan jaringan seniman dan intelektual yang akan menjadi bagian dari kekuatan modernisasi negara.
Pameran ini merupakan koleksi foto-foto seniman terkemuka yang merupakan teman dan kolega pasangan ini, di antaranya, Guillermo Kahlo dan Guillermo Zamora. Foto-foto tersebut menggambarkan momen-momen penting dalam kehidupan Frida Kahlo dan Diego Rivera. Foto-foto ini juga mencerminkan rasa sakit dan kemunduran fisik Kahlo, aktivisme politiknya, termasuk foto terakhir yang diambil saat ia melakukan demonstrasi politik, beberapa hari sebelum kematiannya pada bulan Juli 1954.
Pameran ini merupakan bagian dari kolaborasi antara Omah Budoyo, Konsul Kehormatan Meksiko, dan Kedutaan Besar Meksiko di Indonesia. Diresmikan oleh Bapak Ricardo Daniel Becerril Martínez (Kepala Bagian Konsuler dan Urusan Kebudayaan Kedutaan Besar Meksiko di Jakarta) dan Bapak Warwick Purser (Konsul Kehormatan Meksiko di Yogyakarta dan Direktur Omah Budoyo), pameran ini menandai salah satu manifestasi usaha pertukaran budaya antara Meksiko dan Indonesia.
Dengan harapan bahwa pameran ini akan membuat lebih banyak orang Indonesia memahami seni dan budaya Meksiko, pameran ini juga menawarkan perspektif lain untuk melihat kehidupan salah satu tokoh seni modern dunia.
Seluruh foto yang ditampilkan dalam pameran ini merupakan karya foto dengan hak cipta dari Institut Nasional Seni Rupa dan Sastra Meksiko. Waktu Pameran, 7 – 30 September 2024, Selasa s.d. Minggu, pkl 10.00 -18.00 WIB (tutup setiap hari Senin). Pameran berlokasi di Omah Budoyo, Jl. Karangkajen MG III, no. 793 – Yogyakarta.
Diego & Frida: Life Chronicles
Diego Rivera and Frida Kahlo are one of the most celebrated couples in Mexican art history. Their charismatic personalities helped to establish a movement that would have a definitive influence on the cultural life of 20th-century Mexico.
Together for almost twenty-five years (from their marriage in August 1929 until Frida’s death), their relationship was defined by a myriad of encounters. It failed encounters that transcended the private realm to become part of the public domain.
The romantic union between Kahlo and Rivera brought together intellectuals, politicians, and celebrities. Their home was a place of gatherings, conspiracies, and intrigue within the social and political life of Mexico. The intermittent periods during which they lived in the United States, due to commissions Rivera received, helped to shape their views on capitalism, progress, and revolution, but it was also a breaking point in their personal relationship.
Their return to Mexico marked another turning point: the couple separated towards the end of 1939 only to marry again one year later in San Francisco. This was a time of great activity and enthusiasm: Rivera was instrumental in the Mexican government’s decision to grant León Trotsky’s final asylum. Furthermore, the time both spent with André Breton, the founder of Surrealism, resulted in the promise of an exhibition that would take Frida Kahlo to Paris in 1939. Over the years, they created a network of artists and intellectuals who would become part of the modernizers forces of the country.
This exhibition is a collection of photographs of distinguished artists who were friends and colleagues of the couple, among them, Guillermo Kahlo and Guillermo Zamora. The images depict important moments in the lives of Frida Kahlo and Diego Rivera. It also reflects the pain and physical deterioration of Kahlo, and her political activism, including the last photograph taken of her in a political demonstration, days before her death in July 1954.
This exhibition is part of a collaboration between Omah Budoyo, the Honorary Consul of Mexico, and the Embassy of Mexico in Indonesia. Inaugurated by Mr. Ricardo Daniel Becerril Martínez (the Head of the Consular Section and Cultural Affairs of the Embassy Mexico in Jakarta) and Mr. Warwick Purser (the Honorary Consul of Mexico in Yogyakarta and the Director of Omah Budoyo), this exhibition marks another cultural exchange between Mexico and Indonesia.
With the hope that this exhibition will make more Indonesians aware of Mexico’s art and culture, this exhibition also offers another perspective to look at the life of one of the prominent figures of the world’s modern art.
All photos displayed in this exhibition are copyrighted properties of the National Institute of Fine Arts and Literature of Mexico. Exhibition Duration, 7 – 30 September 2024, Tuesday to Sunday, 10 AM – 6 PM (closed every Monday). Location Omah Budoyo, Jl. Karangkajen MG III, no. 793 – Yogyakarta.
Dok. Foto: Omah Budoyo
Legendaris dan inspiratif