Hallo kak Ima, selamat atas rilis zine imutnya. Btw namanya unik & memorable, gimana pas kepikiran namanya & kenapa?
Terima kasih! Sebuah kelegaan tersendiri bisa meluncurkan zine. Zine ini cita-citaku yang kadang muncul dan lebih sering tenggelam karena nggak percara diri, bahkan sampai edisi satu ini meluncur.
Kepikiran nama “iZine Bermain” karena kebiasaan dari kecil aja, kak, kalau mau main harus izin dulu, biar nggak dicariin bapak atau ibu. Kemudian menjadi iZine Bermain karena zine-ku isinya hal-hal yang dekat dengan masa kecilku, mungkin dekat juga dengan masa kecil teman-teman angkatan 90-an.
Kenapa logonya sandal, apakah ada makna yang hendak disampaikan?
Logonya sandal karena yang pertama; LUCU AJA, kak, menurutku. Tidak ada alasan lain selain itu. Tapi, setelah ditanya begini aku jadi berpikir kenapa aku membuat sandal untuk logo iZine Bermain. Agaknya secara pribadi memang aku lebih suka pakai alas kaki sandal dari pada sepatu. Itu saja, sih.
Ceritakan ide munculnya zine ini, proses penulisan, ilustrasi, dll.
Pertama kali semangat meluncurkan zine ini saat aku sedang memperhatikan lagi buku pertamaku (dan semoga bukan yang terakhir; Rumah Baru dan Hal-Hal Baru Lainnya), di sana aku banyak berkisah tentang Rumah Baru, seperti judulnya, dan hubunganku dengan keluarga. Aku belum banyak menceritakan hal-hal yang “bermain-main” dengan teman-teman di lingkungan baruku.
Rencananya memang akan lanjut menulis kisah “bermain-main” di buku kedua. Sayangnya, pengerjaan buku kedua stuck dan aku merasa capai dengan apa yang sudah aku tulis meski belum seberapa itu. Jadi untuk menghalau perasaan capai, aku mencoba langkah kecil lewat zine, yang ternyata effort-nya nggak kalah besar dengan menulis novel! Begitu menyelesaikan zine ini, aku merasa bersalah karena berpikir bahwa zine adalah “langkah kecil”.
Saat aku sudah menulis tiga tulisan pendek dalam zine ini, aku teringat jika zine ini pelarianku untuk bermain-main sebentar. Jadi, nama iZine Bermain ini semacam aku iZine dulu untuk bermain di tempat lain. Ya, kira-kira begitu awal mulanya.
Terus terang, proses penulisan zine ini terbilang cepat karena kepanasan dengan suasana pemberitaan belakangan ini, kak. Kemudian aku mencoba mengemas “kepanasan”-ku itu dengan mengingat beberapa momen-momen ngobrol dengan bapakku. Soal kopiah dan pakaian, itu yang pernah bapak ceritakan. Jadi, ya, aku mix saja dengan suasana hari ini.
Ini zine pertama, aku merasa desainnya masih kaku dan ilustrasi yang sekenanya pikiranku, kak. Di antara gambar-gambar yang kubuat, aku paling suka dengan ilustrasi halaman 1, inspirasinya dari seorang tokoh publik, ‘tebak saja’ dengan tulisan judul “sederhana saja” di bawah gambar mbak-mbak berkebaya yang menurutku tidak sederhana…
Rencana terbit beberapa bulan sekali?
Manusia hanya bisa berencana; kalau rencanaku sebulan melahirkan 1 zine. Tapi semua kuserahkan pada Tuhan. Yang jelas, aku hanya ingin membuat hari-hari sebagai seorang warga negara yang bahagia, di tengah hiruk-pikuk pemberitaan dari negara yang bikin pusing.
Di volume 1 ini kak Ima menarik memori masa kecil dan dikaitkan dengan kondisi perpolitikan hari ini dengan sudut pandang anak-anak yang polos. Rencana zine vol 2 bahas apa?
Masih dengan sudut pandang anak-anak, sebenarnya aku hanya menarik diri ke masa-masa saat aku masih sangat dekat dengan bapak, saat aku belum bisa mengakses banyak hal di internet maupun buku; pembahasan selanjutnya, kita lihat saja nanti. Yang jelas, sih, idenya nggak jauh-jauh dari ingatanku tentang bapak yang suka mengelap daun aglonema dengan susu, kak.
Vol 1 kak Ima full garapan pribadi. Apakah selanjutnya akan membuka kesempatan untuk penulis/ilustrator lain, misalnya dari kalangan ibu-ibu maupun anak-anak?
Tentu saja, ada rencana berkolaborasi. Tapi kita lihat nanti, ya! Semoga yang manusia kecil ini rencanakan disetujui semesta.
One comment
Pingback: Aneka Kegiatan Seru Selama 2024 – Menunggu Kereta