Kacamata Sosial dalam Pameran LOOK ALL

Gambar: Katalog LOOK ALL

Jumat malam 26 september 2025 pameran LOOK ALL resmi dibuka sebagai puncak dari pembelajaran fotografi secara intens selama enam bulan, pada malam pembukaan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Kelas Pagi Indonesia termasuk pendirinya Anton Ismael atau yang biasa disapa Pak E turut memberi sambutan dan apresiasi. 

Sebagaimana yang disampaikan Ketika sambutan pembukaan bahwasannya tema besar dari pameran kali ini adalah isu ke-lokal-an dan kemudian judul LOOK ALL itu sendiri merupakan plesetan dari kata “lokal”. Secara lebih spesifiknya isu kelokalan di sini konteksnya kemudian dikerucutkan pada hal-hal yang memiliki kedekatan dengan para peserta pameran itu sendiri.

Dan hal ini pun selaras dengan apa yang pernah dikatakan oleh salah satu fotografer jurnalis dari Hungaria yang sekaligus co-founder Magnum Photos, yaitu Robert Capa “if your photos aren’t good enough then you are not close enough”. Isu kelokalan yang ditampilkan dalam pameran tersebut adalah isu terdekat dari masing-masing fotografer yang memang memiliki kedekatan secara personal maupun komunal.

Misal series foto yang ditampilkan oleh Wang yang berjudul Semining Gugur tentang potret seorang pria paruh baya yang sehari-hari mencari penghidupan sebagai penggali kubur sebuah pekerjaan yang barangkali mainstream, tetapi di balik itu bagaimana kematian bisa menjadi paradoks menggambarkan kesedihan. Namun di sisi lain juga memberi kegembiraan bagi yang lainnya.

Gambar: Katalog LOOK ALL

Selain itu potret realita sosial yang barangkali tidak kalah seksi dihadirkan dalam series foto Ketika Lampu Merah Menyala oleh Yudhi Ichsan menampilkan sosok perempuan yang memainkan perannya sebagai manusia silver di lampu merah sebagaimana yang biasa terlihat di beberapa simpang lampu merah di area kota Yogyakarta. Namun yang berbeda dari manusia silver lainnya selain pelakunya perempuan, terlihat pula bagian perutnya yang sedang mengandung. 

Series ini mengingatkan tentang karya karya foto dokumenter ataupun jurnalistik klasik seperti misalnya karya dari Mary Ellen Mark yang merespons isu sosial pada beberapa kelompok masyarakat yang marginal serta jauh dari hingar bingar dan sering luput dari sorotan kamera.

Ada juga cerita dari fotografer lain yang tak kalah menarik meski dibingkai sederhana, yaitu Yuda Arib dengan judul Bertahan atau Beralih, satu satunya series yang membuat Cak Ncop selaku kepala sekolah dari Kelas Pagi Yogyakarta cukup emosinal saat memberi sambutan pada malam pembukaan pameran. Subjek potret yang diambil bukan orang lain melainkan orang tuanya sendiri. Dalam series itu, ia menceritakan keresahan tentang salak yang tak hanya sekadar komoditas, tetapi juga identitas keragaman pangan. Namun seiring perkembangan zaman justru harganya tidak menentu dan kemudian menjadi tantanganekonmi bagi orang tuanya. Sebuah series foto yang syarat akan isu sosial yang sifatnya komunal, juga personal sehingga memiliki kesan sederhana sekaligus sentimental. 

Gambar: Katalog LOOK ALL

Karya lain yang jarang diangkat dalam konteks kacamata sosial, yaitu tentang sebuah peran yang krusial dan syarat akan hajat hidup khalayak berjudul Satriya Tanpa Pamrih dari Armeilia Handayani. Menampilkan peran penting terkait kemanusiaan dari para petugas PMI khususnya di  wilayah kabupaten Sleman yang banyak membantu dalam tugas kemanusiaan, tetapi acap kali tidak banyak mendapat apresiasi lebih. Karya ini sedikit menjadi semacam pengingat bersama, bahwa meski dalam bahaya dan celaka, kita tak semestinya lupa dan melupakan orang-orang yang telah membantu kita.

 

Penulis: Dwi Wijayanto atau yang akrab disapa Wijaya sehari hari bekerja sebagai karyawan di resto fast food. Saya mulai belajar fotografi khususnya street dari tahun 2021 sebagai respon atas situasi pandemi yang melanda kala itu. Saya memilih genre street dalam fotografi karena satu satunya sub-dokumenter yang meskipun tetap memiliki kaidah kaidahnya, tetapi di satu sisi juga memiliki sisi kebebasan dalam eksplorasinya dan hal itu sejalan dengan minat visual saya.

Check Also

Seperti Gugus Bintang di Jumantara Malam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *