Jejak Imaji pada mulanya adalah sekumpulan anak muda yang memiliki kesamaan kesenangan pada sastra. Anak-anak muda ini, akhirnya membentuk perkumpulan dan melakukan diskusi di kos-kosan yang bernama Lawang Abang. Sejak 2014, nama Jejak Imaji dipilih untuk menandai perkumpulan yang gini genap berusia satu dekade. Maka untuk menandai perjalanan tersebut, dari tanggal 20 hingga 28 Juli, Jejak Imaji akan mengadakan perayaan yang bertajuk, “Langgeng”.
Perayaan ini sekaligus dipersembahkan kepada salah satu sosok sastrawan Yogyakarta yang teramat penting bagi khazanah sastra Indonesia, yaitu Joko Pinurbo. Jokpin panggilan akrabnya telah berpulang ke haribaan Tuhan di 2024. Perhelatan ini menghadirkan lebih dari 40 sastrawan, seniman, budayawan, pegiat sastra & literasi, hingga musisi.
“Panitia menyiapkan acara selama lebih kurang dua bulan. Pada hari pertama, 20 Juli 2024 akan diisi diskusi sekaligus rilis buku Antologi Puisi “Avontur” Jejak Imaji dan album musikalisasi puisi “Juga Waktu”. Semoga acara ini menjadi upaya baik untuk terus menghidupkan sastra, seni, dan kebudayaan secara umum. Semoga yang hadir dapat memperoleh pengalaman-pengalaman menarik dari sajian kami dan mengabarkan kepada semua bahwa kebudayaan (dapat) lahir dan tumbuh dari mana saja, salah satunya pinggir kali!,” papar Bangun Pratomo selaku ketua panita.
Harapan senada juga disampaikan ketua Jejak Imaji saat ini, Bayu Aji Setiawan, ia berharap agar napas Jejak Imaji dalam menggairahkan literasi di Yogyakarta dapat terus diembuskan, memberi ruang dan kesempatan bagi siapapun untuk berproses kreatif di ranah kepenulisan & disiplin lain yang berkaitan. “Ruang-ruang serupa Jejak Imaji yang ada di Yogyakarta semoga terus tetap ada dan tumbuh lebih rimbun, sehingga dapat memberi dampak positif terhadap geliat sastra di kota ini,” harapnya.
Sedangkan Sule Subaweh, selaku orang yang dituakan di Jejak Imaji, berharap anggota-anggota Jejak Imaji terus berkarya dan menghasilkan karya yang baik. “Semoga komunitas ini bisa melahirkan penulis atau seniman yang bernapas panjang. Segala karya yang lahir berdampak bagi perkembangan dunia sastra khususnya serta masyarakat umum. Dan tentu saja mereka yang aktif di JI memiliki karakter kuat, baik sebagai individu maupun karya yang dihasilkan,” ujarnya. (JM)