Selasa, 3 September 2024 para seniman dan pegiat seni berkumpul di Ruang Seminar Taman Budaya dalam acara peluncuran buku Krtya Profil Pematung Yogykarta I. Acara peluncuran ini diawali dengan sebuah pertanyaan, “Mengapa Krtya, apakah yang dimaksud Krtya?”
Prof. Dr. Mukhamad Agus Burhan, M.Hum, mengatakan “Krtya adalah bahasa sansekerta, yaitu usaha atau berusaha”. Dengan terbitnya buku Krtya Profil Pematung Yogyakarta I menjadi awal penting dalam dokumentasi seni patung di Daerah Istimewa Yogyakarta. Buku ini ditulis oleh Karen Hardini dan Latief S. Nugraha.
Walaupun tradisi dokumentasi di Indonesia minim sekali. Sekar Handayani, putri mendiang Untung Murdiyanto dalam sesi diskusi mengatakan, “Ketika Mas Latief datang ke rumah, saya dan sekeluarga mencari-cari memori tentang ayah saya dalam berkesenian, karena sedikit sekali arsip bagaimana ayah berkesenian di luar.”
Terdapat 20 tokoh seni patung dalam buku Krtya Profil Pematung Yogyakarta I, seperti Amrus Natalsya, Edhi Sunarso, Hendra Gunawan, dan lainnya. Di antara 20 tokoh seni patung, masih terdapat empat seniman yang eksis berkarya. Win Dwi Laksono, salah satu tokoh seni patung yang ditulis dalam buku Krtya mengungkapkan, “Ada kegelisahan yang amat mengganggu bagi pematung. Yah, ketika mereka berada dalam proyek, mereka tidak bisa memakai idealismenya.”
Reporter: Fahrul Rozi
Dok. Foto: Taman Budaya Yogyakarta
Pemeriksa Aksara: Jemi Batin Tikal