Wedang Ereng-Ereng: Sehat dan Menghangatkan di Musim Dingin

Wedang Ereng-Ereng di Kalimat Kopi Kotagede.

Warga Yogyakarta atau mungkin wisatawan yang pernah ke kota pendidikan ini, familiar dengan Wedang Uwuh. Namun, ternyata ada wedangan lain, yang tak kalah enak dan berkhasiat, yaitu Wedang Ereng-Ereng. Kamu baru mendengarnya? Saya juga. Kabar baiknya, saya bisa bertemu dan ngobrol dengan kreatornya, Jemmy Kanas.

Pada penghujung 2016, Jemmy bertemu dan kenal Irsyam Sigit Wibowo. Irysam lalu mementori Jemmy untuk mendirikan kedai kuliner, menu, hingga diminta untuk berkarya sendiri. Dari diskusi dengan Irsyam, Jemmy membuat wedang ereng-ereng. Irsyam sebelumnya telah mengkreasikan menu wedangan sendiri, seperti wedang Kotagede, Sundak, serta wedang Gajah.

“Awalnya membuat wedang ereng-ereng untuk mendongkrak popularitas warung. Wedang ini menjadi ujung tombak menu khas warung kami. Ereng-ereng berarti lereng. Kami menggunakan bahan baku yang ada di sekitar rumah. Bahan baku paling banyak, yaitu pisang. Kami membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukan jenis pisang yang paling pas dalam komposisi wedang. Setelah berbagai uji coba, akhirnya pisang raja kami rasa paling enak jika dipadukan dengan bahan lain,” jelas Jemmy.

Penjemuran rempah-rempah. (dok foto: Jemmy Kanas)

“Saya mencoba berguru kepada alam. Pohon pisang itu tujuan utama hidupnya adalah menghasilkan buah. Begitu pula kami sebagai manusia, ingin terus berbuat kebaikan, bermanfaat untuk generasi selanjutnya,” sambungnya. Rempah-rempah yang digunakan di antaranya kapulaga, jahe, pandan, serai, melalui proses pengeringan, kemudian pemanggangan dalam oven untuk mengunci rasa dan khasiat. Penggunaan karakter rempah yang bermacam-macam juga bermakna bahwa yang berbeda-beda bisa menyatu dalam harmoni dan berdampak kebaikan bersama.

Pengetahuan tentang racikan wedang ereng-ereng kemudian Jemmy Kanas ajarkan dan hibahkan untuk desa timpat tinggalnya, Seloharjo, Pundong, Bantul. Sebab demikianlah jika pembaca mengecek informasi wedang ereng-ereng di internet, yang muncul hanya nama desanya saja, sedangkan nama kreatornya tak pernah disebutkan. Namun Jemmy tak ambil pusing, sebab tujuannya ialah menciptakan wedang tersebut untuk kebermanfaatan orang banyak.

Waroeng Ereng-Ereng di Desa Seloharjo. (dok foto: Jemmy Kanas)

Lebih lanjut, lelaki asal Kebumen itu berharap warung ereng-erengnya bisa buka lagi, yang tutup karena dampak Covid 2019. “Saya juga berharap umur wedang ini lebih panjang, terus digunakan dan bermanfaat bagi masyarakat. Jika terdapat pelatihan atau pendampingan dari pemerintah, bisa berkelanjutan, tak hanya terjadi sesaat saja seperti yang sudah-sudah,” harapnya.

Seduhan wedang ereng-ereng.

Pulau Jawa yang saat ini ikut terkena imbas aphelion (suhu dingin), yang membuat risiko demam dan flu meningkat, bisa diantisipasi dengan minum wedang rempah-rempah, salah satunya wedang ereng-ereng. Wedang yang memiliki rasa enak dan aromatik ini bisa dinikmati di Kalimat Kopi Kotagede. Kalimat Kopi berlokasi di Tabon Ramak, di sana tak hanya ada kopi, para pengunjung juga bisa menikmati bakmi jawa, jadah tempe, hingga ronde.

Penulis: Jemi Batin Tikal

Check Also

Dinamika Komunitas: Menjaga Nyala Sastra di Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *