Tiga seniman dari kabupaten Paser, Kalimantan Timur menyajikan suguhan tarian adat Nyaro Nyerua. Selepas tarian selesai, berlanjut dengan diskusi interaktif Insidental Moment #12, bertajuk “Ngobrol Budaya Paser, Kalimantan Timur, dan Hal-Hal Lainnya”, di Jejak Imaji, Kamis malam, 11 Juli 2024.
Tari Nyaro Nyerua merupakan bagian dari tata cara adat Belian. Belian sendiri merupakan prosesi pengobatan atau untuk membayar penebusan salah yang lebih mengedepankan unsur spritual tradisional.
Anom Pringgo Satoto merantau ke Kabupaten Paser sejak lama untuk mengenalkan seni. Totok, panggilan akrabnya, awalnya mengalami kesulitan karena perbedaan budaya yang jauh. “Awalnya saya sangat kesulitan mempelajari budaya lokal Paser, tapi karena keuletan serta semangat pantang menyerah, orang-orang adat yang awalnya tidak setuju, mulai menerima saya. Saya kemudian dipercaya meneruskan pergerakan dan pembelajaran kesenian di Paser,” jelasnya.
Lelaki yang berasal dari Salatiga itu pernah menjadi pengajar ekstrakurikuler tari di sekolah. Dalam mengajarkan kesenian dan menjalin kedekatan dengan murid-muridnya, ia menerapkan pola seperti di pesantren. “Saya tidak menganggap murid sebagai orang asing, tapi sebagai anak sendiri. Dengan begitu, kesenian bisa dipelajari dengan seru dan santai”, ujarnya.
Shinta Dewi Aulia Putri salah satu muridnya mengikuti ekstrakurikuler tari sejak sekolah menengah pertama. Sedangkan Octavia Ramadhani mulai mempelajari tari sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. “Sebagai generasi muda Kalimantan, kami ingin memperkenalkan dan meneruskan kebudayaan yang kami miliki kepada khalayak yang lebih luas,” pungkas Octavia. (JM)