–
Sebagai salah satu panca indera yang melekat dalam tubuh kita, hidung selalu menangkap berbagai aroma dan bau dari segala hal yang pernah kita temui sejak lahir hingga saat ini. Oleh karenanya, aroma menjadi sangat personal bagi setiap orang karena memiliki berbagai makna yang berkaitan dengan memori atau ingatan.
Tak berhenti sampai di situ, rupanya aroma juga dapat memiliki ikatan dengan proses kreatif seseorang. Seperti obrolan pada Talkshow: Meracik Parfum dan Mengolah Kata yang diadakan pada 27 Juli 2024 di Sekretariat Jejak Imaji. Dua narasumber, yaitu Rabu Pagisyahbana yang merupakan seorang penulis dan Mila Rosinta yang merupakan seorang penari, dipandu oleh Peika selaku moderator, menceritakan makna aroma secara pribadi serta persentuhan aroma dengan kerja-kerja kreatif yang mereka lakoni.
Pada kesempatan itu pula, mereka menceritakan pengalaman untuk meracik parfum di sebuah tempat produksi parfum yang cukup unik dan berbeda dengan toko parfum konvensional, yaitu Lab Art Aromatique.
“Saya memakai parfum ketika hendak berpergian dan sebelum menulis. Bagi saya memakai parfum dapat menjadi pemicu untuk berkarya, menulis, atau sekadar mencari ketenangan”, papar Rabu. Kunjungannya ke Lab Art Aromatique beberapa waktu lalu rupanya dilatarbelakangi oleh kebuntuan atau writer’s block yang dialaminya dalam proses menulis buku. Tidak hanya berkunjung, ia pun meracik parfum dengan aroma yang cukup unik dan identik dengan profesinya sebagai penulis, yaitu aroma buku.
.
“Saya membayangkan di situ ada jejak tinta sebuah mesin, jejak manusia, dan jejak udara pada saat membuka halaman buku baru,” ungkap Rabu terkait kesannya terhadap parfum beraroma buku yang dibuat secara custom tersebut. Barangkali aroma tersebut memberikan ketenangan bagi Rabu, sehingga ide-ide yang terpendam dalam lubuk pikirannya dapat bermunculan ke permukaan.
Pengalaman meracik parfum sesuai dengan keinginan di Lab Art Aromatique juga turut dialami oleh Mila Rosinta. Dengan perpaduan aroma dupa, rumput, laut, bunga, dan bedak bayi, Mila berhasil mendapatkan aroma yang bermakna dalam bagi dirinya sebagai seorang penari. Sarira, begitulah nama parfum tersebut yang dalam bahasa Sanskerta berarti ‘tubuh’.
“Akhirnya poin pertama ketika mencium aroma itu adalah mengingat dimana titik balik cara pemahaman saya tentang tubuh dan juga memori bersama almarhum bapak saya, bahwa tari bukan sekedar gerakan, tapi juga perasaan pasrah dan rasa yang ingin disampaikan,” tutur Mila.
Bahwa membicarakan aroma tidak hanya sebatas tentang fungsinya sebagai penunjang performa seseorang, lebih dalam ia dapat menjadi bentuk aktualisasi identitas seseorang dan menjadi kesatuan yang melekat pada memori mengenai seseorang, benda, atau sebuah tempat, serta menjadi stimulus untuk mencapai sebuah ketenangan yang dapat membantu proses kreatif seperti yang dialami dua narasumber tersebut.
–
Reporter: Aqilah Mumtaza
Foto: Tim Dokumentasi Jejak Imaji