Judul: Rumah
Pengarang: Sunlie Thomas Alexander
Kategori: Buku Puisi
Penerbit: Gambang
Cetakan: September 2023
ISBN: 978-623-7761-44-4
Peresensi: Bobby Gallas Merkuri
Hampir satu dekade, akhirnya Sunlie Thomas Alexander kembali menerbitkan buku puisi. Buku puisi pertamanya, Sisik Ular Tangga terbit pada 2014 silam. Lalu di akhir-akhir tahun 2023, ia akhirnya menerbitkan buku puisi bertajuk Rumah. Terbitnya buku puisi ini cukup menggembirakan saya sebagai seorang pembaca yang menyenangi puisi-puisinya.
Sama seperti buku puisi pertama, Sunlie juga masih menyuntuki menulis tema-tema ke-Tionghoa-annya, wabil khusus kelindan sejarah & identitas Tionghoa di pulau Bangka. Buku puisinya ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu Dari Thong San (1), Ke Jalan Lain (2), Ke Mong Kap San (3). Bagian 1 & 3, sangat kental unsur kesejarahan serta identitas Tionghoa. Namun terdapat bagian 2 yang rasa-rasanya nyempil tidak pada tempatnya & lebih cocok dibuat buku tersendiri. Meskipun bagian ini dapat diterima & dimaklumi karena embel-embel “Ke Jalan Lain”.
Saya tidak tahu apa pertimbangan si pengarang menyertakan bagian tersebut. Apakah untuk menambah ketebalan buku? Padahal jika buku ini hanya terdiri dari bagian 1 & 3 saja, saya rasa itu sudah cukup, karena sudah memuat 28 judul puisi & membuat buku ini fokus pada satu arus tema. Di luar hal tadi, puisi-puisi Sunlie tidak akan membuat kecewa pembeli & pembaca.
Kedatangan & interaksi orang Tionghoa ke Nusantara (kini Indonesia), telah terjadi sejak lama, pada era kerajaan misalnya, didorong oleh hubungan politik & perdagangan. Umumnya orang-orang Tionghoa di Indonesia, berasal dari tenggara Tiongkok. Suku-suku semisal Hakka, Hainan, Hokkien, Kantonis, Hokchia, dan Tiochiu, termasuk di dalam gelombang migrasi tersebut. Kedatangan itu tergambar dalam puisi berjudul Migrasi ke Bangka, pada larik kelak di sana, di pulau itu, akan ada/ banyak orang berbicara bahasa hakka (dengan gaduh)….di sungailiat, di luar negeri;/ di kampung yang baru.
Kedatangan orang Tionghoa ke pulau Bangka & Belitung pada mulanya merupakan rekrutmen tenaga kerja pertambangan timah yang diminta oleh Sultan Palembang, lalu oleh Inggris pada masa pemerintahannya yang singkat di Bangka, selanjutnya dibawa & dibayar perusahaan timah Banka Tin Winning pada masa pemerintahan kolonial Belanda (VOC). Nasib kuli-kuli Tionghoa itu mengendap di lubang-lubang tambang/ dan kebun sahang, di pintu-pintu/ kelenteng dan sepanjang pasar (Cu Cai Kiok). Nasib buruh tambang itu bertambah-tambah sengsara karena dijerat candu, judi,/ dan lonte murahan/ hingga hutang kami menjulang/ setinggi maras, hingga peluh kami/ menggenang sedalam kelabat (Mata Ikan).
Sebagai generasi dari orang-orang migrasi, aku-lirik gamang akan identitasnya, beginilah aku mudik ke kampung halaman/ dalam kenanganmu; menjumpai wajah-wajah asing tapi tetangga,/ jauh dari tanah kelahiranku….inilah kampung halamanku, tapi/ bukan juga kampung halamanku (Guangdong untuk mendiang kakek), atau dalam larik kami menyebutnya kampung,/ mengejanya rumah/ tapi di negeri orang juga (Duke Island).
Sejarah dalam buku puisi ini tak hanya menyajikan kisah domestik-silsilah-keluarga saja, tetapi juga pergulatan politik. Puisi-puisi yang rekah dari peristiwa tersebut, diabadikan dalam judul seperti, tiga puisi tentang Hongkong, di Sun Yat-Sen Memorial Hall, 228, Setelah Kosovo, Zvonimir Boban, dll.
Dalam buku ini, sejarah keluarga yang dituliskan pengarang tak melulu soal pelik kedatangan generasi terdahulu ke Bangka. Sunlie sebagai generasi yang telah lahir di pulau timah itu juga merekam tanah kelahirannya, semisal dalam puisi berjudul Belinyu, Di Goa Maria Belinyu, Silsilah Ruko Tua, Kota Kelahiran, dan sebagainya.
Rumah yang dibangun si pengarang lewat puisinya bukanlah semata bentuk/bangunan belaka. Melainkan juga berupa ingatan, bermacam persoalan, kenangan, perasaan, asal silsilah, juga pencarian akan identitas. Mengutip status Facebook pada 13 September 2020 yang ditulis Sunlie, bahwa “rumah” bukanlah tempat fisik. Melainkan tempat menemukan cinta, perhatian, dan kedamaian yang hakiki; sebuah alasan untuk hidup.